Wednesday, 24 September 2014

The Riddle

Halo! cuma sekedar hiburan aja nih. Kalian tahu the riddle? Sebuah permainan teka-teki dalam cerita, jadi dalam cerita itu kalian sendiri yang mencari kejanggalannya. The riddle itu bisa dibilang cerita horror atau biasanya isi ceritanya tentang pembunuhan yang terkait kelainan psikologinya terganggu, seperti psikopat.

Kita mulai aja ya! Ayo, diperhatikan setiap katanya. Cari bagian yang terdapat kejanggalan setelah kalian membacanya.

HIDE AND SEEK

Ada delapan orang bermain petak umpet hari itu, termasuk aku. Aku yang pertama kali ditemukan, padahal baru 5 menit pertama. Tiga orang lagi ditemukan 5 menit berikutnya. Dan sisanya, empat orang ditemukan 5 menit selanjutnya. Ah, permainan ini cepat sekali selesainya. Aku nggak mau bermain petak umpet lagi.

Jurnal Akademika

Saya membuat jurnal dari buku Jurnal Akademika yang saya pinjam dari perpustakaan.
Semoga bermanfaat untuk kalian semua sebagai contoh. :)

Studi kasus                 : Kaji Tindak (Action Research)
Subyek                        : Pengajar
Metode penelitian       : Melakukan peningkatan kemampuan dosen dalam teknik mengajar        serta pengembangan situasi kondusif dalam proses belajar                    mengajar.
Konfirmasi
                     Konfirmasi Kualitatif

  • ·       Peneliti meneliti kegiatan mengajar untuk menilai kemampuannya.
  • ·       Dalam melakukan kaji tindak, peneliti menggunakan 3 langkah perencanaan, yaitu observasi saat melakukan aktivitas dengan cara mengidentifikasi masalah terjadinya proses belajar mengajar, refleksi dari hasil observasi dengan cara mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar, dan merencanakan aktivitas selanjutnya untuk mengevaluasi atas langkah kedua serta menyiapkan dasar rasional.
  • ·       Peneliti juga menawarkan pendekatan pribadi untuk menilai.
  • ·       Peneliti mulai dengan suatu ide, Kemudian dikembangkan secara berkesinambungan apakah sesuai dengan harapan.

                 Konfirmasi Kuantitatif

  • ·       Seorang dosen melakukan pembelajaran di dalam kelas dikonfirmasi oleh peneliti bahwa manusia lebih banyak belajar dilingkungan kerjanya.
  • ·       Tidak ada satu rumusan pun mengenai cara mengajar yang baik, namun demikian cara mengajar yang baik biasanya ditandai oleh adanya interaksi yang intensif antara pendidikdan mahasiswa.
  • ·       Pendidik dan mahasiswa mempunyai arah belajar yang jelas.
  • ·       Tugas-tugas yang diberikan dosen merangsang mahasiswa melakukan penalaran.
  • ·       Proses belajar mengajar yang baik tercapai dari pendidikan yang bersifat teknis baik secara formal maupun informal, kolega, pengalaman, dan proses berpikir.

Inferensi
Premis 1: Dosen pengajar yang tidak bersifat teknis dalam berpikir menunjukkan hasil kinerjanya yang rendah.
Premis 2: Dosen pengajar yang melakukan secara intensif menghasilkan peningkatan kinerja dosen dalam teknik mengajar serta berkembangnya situasi yang kondusif.
Premis 3: Dosen pengajar yang memberikan mahasiswa arah belajar yang jelas dengan adanya interaksi menunjukkan hasil yang sama dengan dosen pengajar yang melakukan secara intensif.
Kesimpulan: Dosen pengajar yang melakukan secara intensif dan memberikan arah yang jelas menunjukkan peningkatan kinerja dosen dalam teknik mengajar serta berkembangnya situasi yang kondusif daripada dosen pengajar yang tidak bersifat teknis dalam berpikir.

Konstruksi Teori
·        Model korespondensi: Berdasarkan hasil pengamatan, pengajar yang melakukan interaksi intensif antar mahasiswa lebih tinggi dampaknya dalam proses belajar mengajar sehingga terdapat kerjasama dan percaya diri yang tinggi.

·       Model koherensi: Pelaksanaan kaji tindak tidak disesuaikan dengan situasi dan kondisi perguruan tinggi masing-masing sehingga tidak bertindak sebagai organisasi belajar profesional.

Model paradigmatis: Persepsi mahasiswa atas kinerja dosen didapatkan melalui pendapat dan komunikasi, kemudian umpan balik bagi dosen untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerjanya agar berarti bagi mahasiswa mengenai materi yang didapatnya.

Tuesday, 23 September 2014

Filsafat Manusia

PERTEMUAN KE-6



Apa itu perenungan kefilsafatan?
Filsafat sebagai perenungan dicirikan oleh mengkaji segala hal secara kritis, menggunakan metode dialektis, berusaha mencapai realitas terdalam, bertujuan menangkap tujuan ideal realitas, dan mengetahui bagaimana harus hidup sebagai manus.

Jadi..
  • filsafat sebagai perenungan
  • filsafat sebagai kritik
  • filsafat sebagai ilmu yang berusaha mencari kebenaran secara metodik, sistematis, rasional, runtut, radikal, dan bertanggungjawab.
Apa itu filsafat manusia?
Bagian filsafat yang mengupas apa arti manusia/menyoroti hakikat atau esensi manusia dengan memikirkan tentang asal-usul kehidupan manusia , hakikat hidup manusia, dan realitas eksistensi. Maka, filsafat manusia menanyakan pertanyaan krusial tentang dirinya sendiri dan secara bertahap memberi jawaban bagi diri sendiri.

Dulu: istilah yang terkait filsafat manusia adalah psikolog filosofis dan psikologi rasional.
Sekarang: istilah yang terkait filsafat manusia adalah filsafat manusia dan antropologi filofis.



Apa perlu mempelajari filsafat?
Manusia adalah mahluk yang mampu dan wajib menyelidiki arti yang dalam dari yang ada dan manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Sulitkah berfilsafat tentang manusia?
Sulit, karena seolah tak berguna atau tak mungkin. Zaman sekarang banyak ilmu yang mengkaji manusia yang memperkaya dan memperdalam pengetahuan tentang manusia. Kemudian, untuk apa kita mempelajari filsafat manusia? Karena belum cukup, teman teman!

Masih perlu berfilsafat manusia?
Tentu saja masih, karena pandangan yang bertentangan antar filsuf dapat diatasi dan diperdamaikan.

Jadi, relevankah filsafat manusia?
Ya, mnusia itu dinamis, misteri, dan paradoksal karena dengan bertanya manusia mewujudkan hakikat kemanusiaan. Dengan mendalami manusia, manusia mengenal dirinya lebih baik sebagai konsekuensi, filsafat manusia semakin bertangung jawab terhadap dirinya dan sesama.

Metode Filsafat Manusia
Sebagai bagian dari filsafat, cara kerja filsafat manusia juga sama dengan filsafat pada umumnya, yaitu refleksi, analisa transendental, sintesa, ekstensif, dsb.



Objek Filsafat Manusia
  • Objek material: manusia
  • Objek formal: esensi manusia, strukturnya yang fundamental sebagai struktur metafisik seperti industri, struktur dasar bentuk terpenting manusia.
Darimana datangnya pertanyaan megenai manusia?
  • Kekaguman
  • Ketakjuban
  • Frustasi
  • Delusi
  • Pengalaman negatif
Apa saja yang dibahas dalam filsafat manusia?
  • Mencari kekhasan manusia
  • Manusia sebagai 'ada-di-dunia'
  • Evolusi
  • Antarsubyektivitas
  • Manusia sebagai eksistensi bertubuh
  • Transendensi
  • MAnusia sebagai roh
  • Pengetahuan manusia
  • Kebebasan
  • Kesejahteraan/historisitas
  • Kebudayaan, sains, dan teknologi
  • Dimensi antropologis dari pekerjaan
  • MAnusia sebagai pribadi/persona
  • Kematian dan harapan
sumber: disarikan dari powerpoint materi pembelajaran KBK filsafat 2014.

Etika dan Moral

PERTEMUAN KE-5 & 6


Apa itu Etika?
Etika sebagai cabang filsafat juga disebut filsafat moral. Secara etimologis, etika berasal dari kata Yunani, yaitu ethos (watak) artinya adat, kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Sedangkan moral berasal dari kata Latin, yaitu mos (tunggal), moris (jamak) artinya kebiasaan. Jadi, ettika atau moral dartikan dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kesusilaan. Objek material dari etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia. Perbuatan dimaksudkan adalah yang dilakukan secara bebas dan sadar. Objek formal dari etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut. Dari asal usul kata, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Etika menurut KBBI (Kamus Besat Bahasa Indonesia) adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral (akhlak) merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

Etika menurut Bertens adalah nilai-nilai dan norma-norma yang mejadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya yang disebut juga dengan 'sistem nilai' dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya, etika orang Jawa dengan orang Batak berbeda.

Etika dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: etika perangai dan etika moral. Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermsyarakat di daerah-daeah tertentu, pada waktu tertentu pula. Contohnya, berbusana adat, pergaulan muda-mudi, perkawinan semenda. Sedangkan, etika moral adalah berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Contohnya, berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain, dll.

Etika sebagai ilmu merupakan ilmu tentang apa yang baik dan buruk serta tentang hak dan kewajiban moral. Etika sebagai kode etik merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Ada pula etika sebagai sistem nilai merupakan nilai mengenai benar-salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.

Objek Material & Objek Formal Etika
Objek material merupakan suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran yang diselidiki atau dipelajari. Objek material bisa bersifat konkret atau abstrak. Objek formal merupakan cara memandang atau meninjau yang dilakukan seseorang peneliti/ilmuwan terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya.

Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia secara sadar dan bebas. Sedangkan, objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan, bermoral tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.

Etika sebagai cabang filsafat merupakan yang mengenakan refleksi dan metode tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral, atau menerjemahkan nilai itu ke dalam norma-norma, lalu diterapkan pada situasi kehidupan. Sebagai filsafat, etika mencari keterangan. Berdasarkan kajian ilmu ada etika normatif yang mempelajari secara kritis norma-norma yang ada untuk dapat norma dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan ada etika fenomenologis yang mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral seperti suara hati kesadaran moral, kebebasan, tanggungjawab, dsb.

Apa sih tujuan belajar etika?
Tujuannya untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk bagi setiap manusia dalam ruang dan waktu tertentu.

Sistematika Etika
1. Etika Deskriptif
    Dalam etika ini membahas apa yang dipandangnya atau melukiskan tingkah laku morl dalam arti luas. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan atau subkultur tertentu, atau dalam suatu periode sejarah.

  • Sejarah Kesusilaan: bagian ini timbul bagi orang yang menerapkan metode historis dalam etika deskriptif. Yang diselidiki adalah pendirian-pendirian mana yang baik-buruk, norma-norma kesusilaan mana yang pernah berlaku, dan cita-cita kesusilaan mana yang dianut oleh bangsa tertentu.
  • Fenomenologi Kesusilaan: uraian tentang sesuatu yang sedang menampakkan diri atau sedang menggejala. Fenomena kesusilaan mencari makna kesusilaan dari gejala-gejala kesusilaan artinya ilmu pengetahuan ini melukiskan kesusilaan sebagaimana adanya. Ciri pokoknya adalah menghindarkan tanggapan mengenai kebenaran.
2. Etika Normatif
    Berbicara mengenai norma yang menuntun tingkah laku manusia dengan memberikan penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana berdasarkan norma-norma. Etika normatif itu tidak deskriptif, tetapi preskriptif artinya memerintahkan atau menentukan benar-tidaknya tingkah laku.

3. Metaetika
    Meta berasal dari bahasa Yunani artinya melebihi. Metabahasa diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas bukan moraitas melainkan ucapan di bidang moralitas. Persoalan yang menyangkut metaetika adalah persoalan yang rumit tentang pertanyaan hakikat keadilan, hakikat ketidakadilan, bahkan hakikat kebaikan dan keburukan.



Etika Umum
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia.

Etika Khusus
Membahas prinsip-prinsip moral dasar itu dalam hubungan dengan kewajiban manusia dalam lingkup kehidupan atau menerapkan prinsip-prinsip dasar pada setiap bidang kehidupan manusia. Etika khusus ada 2, yakni etika individual yang menyakut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang berbicara tentang kewajiban, sikap dan pola perilku manusia sebagai anggota umat manusia.

Etika Profesi
Etika sosial yang menyangkut hubungan antarmanusia dalam satu lingkup profesi dan masyarakat pengguna profesi tersebut. Ciri-cirinya, yaitu adanya pengetahuan khusus, adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, ada izin khusus untuk menjalnkan suatu profesi, dan menjadi anggota dari suatu profesi. Ada juga prinsip-prinsipnya, yaitu tanggungjawab, keadilan, dan otonomi.

Kode Etik
Kode etik yaitu norma yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Tujuannya untuk menjunjung tinggi martabat profesi, untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, untuk meningkatkan peabdian para anggota, untuk meningkatkan mutu profesi, dan lain-lain.

Aliran dalam Etika
Eudemonisme ialah pandangan yang meyaini adanya suatu skala nilai-nilai atau aturan dalam bertindak, lebih menguntungkan hal-hal yang bersifat spiritual atau mental daripada yang bersifat inderawi, lebih mengutamakan kebebasan moral daripada ketentuan kejiwaan, dan lebih menguntungkan hal yang umum daripada khusus. Aliran pemikiran etika, yaitu:
  • Hedonisme: menyatakan kesenangan adalah tujuan hidup manusia yang lebih tinggi dari kenikmatan jasmani.
  • Egoisme: kesenangan dan kebaikan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan kebaikan orang lain.
  • Utilitarianisme: bentuk hedonisme yang digeneralisir atau kesenangan manusia yang dilihat sebagai sesuatu yang baik dalam dirinya , sedangkan penderitaan adalah buruk dalam dirinya.
  • Deontologisme: etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip=prinsip moral.
  • Etika situasi: kebenaran suatu tindakan ditemukan dalam situasi konkret individual atau bagaimana situasi itu mempengaruhi kesadaran individual.
Perbedaan Etika dan Moral
Ada sedikit perbedaan dalam penggunaannya sehari-hari ialah moral/moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai untuk pengkajian sistem.

Amoral dan Immoral
Amoral tidak berhubungan dengan konteks morak, di luar suasana etis, dan non-moral. Sedangkan, immoral bertentangan dengan moralitas yang baik, secara moral buruk, dan tidak etis.



Perbedaan Etika dan Etiket
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan. Melainkan, etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan itu sendiri. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Etiket bersifat relatif dan hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja.

Perbedaan Etika dan Hukum
Hukum lebih dikodifikasi daripada etika, juga membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja. Sanksi ang berkaitan dengan hukum berainan dengan sanksi yang berkaitan dengan etika. Hukum didasarkan pada kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Jika hukum memberikan putusan hukumnya perbuatan, etika memberikan penilaian baik dan buruknya.

Perbedaan Etika dan Agama
Etika sebagai cabang filsafat bertitik tolak pada akal pikiran, bukan agama. Etika mendasari diri hanya pada argumentasi rasional. Agama bertitik tolak dari wahyu Tuhan melalui kitab suci.


SUASANA PEMBELAJARAN


sumber: disarikan dari powerpoint materi pembelajaran KBK filsafat 2014.


Monday, 22 September 2014

Silogisme dan Kesesatan Pemikiran (Fallacia)

PERTEMUAN KE-5




Apa itu Silogisme?
Silogisme adalah suatu simpulan dimana dari dua putusan (premis-premis) disimpulkan suatu putusan yang baru. Prinsipnya adalah bila premis benar, maka simpulannya benar.

Ada dua macam silogisme, yaitu silogisme kategoris dan silogisme hipotetis.

Silogisme Kategoris adalah silogisme yang premis dan simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat). Contoh:
M-P Semua tanaman membutuhkan air. (mayor)
S-M Akasia adalah tanaman. (minor)
S-P  Maka, Akasia membutuhkan air. (konklusi)

Dalam silogisme kategoris, kita harus menentukan lebih dulu simpulannya. Agar lebih mudah, ciri-cirinya melalui kata-kata karena itu, maka dari situ. Jika kesimpulan sudah dirumuskan, tentukan alasannya yang menunjuk pada M (term menengah). Bila S dan P sudah diketahui dalam simpulan, maka susunlah silogisme yang terdiri dari 3 bagian, yaitu simpulan (S-P), premis minor (mengandung S dan M), dan premis mayor (titik tolak penalaran, dimana ada P dan M).



Silogisme Kategoris Tunggal
Nah, silogisme kategoris tunggal mempunyai dua premis dari 3 term S, P, dan M. Bentuk-bentuknya, ialah:
1. M adalah S dalam premis mayor dan P dalam premis minor. Aturannya adalah premis minor harus sebagai penegasan, sedangkan premis mayor bersifat umum. Contoh:
    M-P Setiap manusia selalu berkomunikasi. (mayor)
    S-M Lingga adalah manusia. (minor)
    S-P  Jadi, Lingga selalu berkomunikasi. (konklusi)
2. M menjadi P dalam premis mayor dan minor. Aturannya adalah salah satu premis harus negatif, premis mayor besifat umum. Contoh:
    P-M Unggas adalah hewan ternak yang bertelur. (mayor)
    S-M Sapi bukan hewan ternak yang bertelur. (minor)
    S-P  Jadi, Sapi bukan unggas. (konklusi)
3. M menjadi S dalam premis mayor dan minor. Aturannya adalah premis ninor harus berupa penegasan dan simpulannya bersifat partikular. Contoh:
    M-P Mahasiswa itu orang dengan tugas belajar. (mayor)
    M-S Ada mahasiswa yang orang bodoh. (minor)
    S-P  Jadi, sebagian orang bodoh itu orang dengan tugas belajar. (konklusi)
4. M adalah P dalam premis mayor dan S dalm premis minor. Aturannya adalah premis minor harus berupa penegasan, sedangkan simpulan bersifat partikular. Contoh:
    P-M Gonorrhea itu penyakit kelamin. (mayor)
    M-S Semua penyakit kelamin menyerang alat kelamin manusia. (minor)
    S-P  Jadi, sebagian yang menyerang alat kelamin manusia itu gonorrhea. (konklusi)

Silogisme Kategoris Majemuk
Silogisme kategoris majemuk memiliki arti merupakan bentuk silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap, bahkan lebih dari tiga premis. Ada jenis-jenisnya loh, yaitu:
  • Epicherema: silogisme yang salah satu/kedua premisnya disertai alasan. Contohnya,   Semua dosen yang baik adalah dosen yang berpikir terbuka, karna meningkatkan interaksi. Pak Carolus adalah dosen yang baik, karna mengembangkan situasi yang kondusif. Jadi, Pak Carolus adalah dosen yang berpikir terbuka.
  • Enthymema: suatu silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu premis/simpulannya dilampaui, disebut juga silogisme yang disingkat. Contohnya, jiwa adalah rohani. Jadi, tidak akan mati (secara singkat).                                                                                                                     Secara lengkap: Yang rohani itu tidak akan dapat mati.                                                                              Jiwa manusia adalah rohani.                                                                                            Maka, jiwa manusia tidak dapat mati.
  • Polisilogisme: suatu deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme lainnya. Contohnya,                                                                     Seorang yang berpenampilan menarik selalu menjaga penampilannya.               Seorang pembawa acara adalah seorang yang selalu menjaga penampilannya. Jadi, seorang pembawa acara berpenampilan menarik.
  • Sorites: suatu macam polisilogisme yang terdiri atas lebih dari tiga keputusan. Keputusan-keputusan itu dihubungkan satu sama lain sehingga predikat dari keputusan yang satu selalu menjadi subjek keputusan yang lainnya. Contohnya, Orang yang bertugas meliput berita adalah wartawan. Wartawan membutuhkan alat tulis dan tape recorder untuk meliput berita. Peliputan berita dilakukan 24 jam sehari dalam satu minggu. Jadi, wartawan bertugas 24 jam sehari dalam satu minggu.
Hukum Silogisme Kategoris
Wah ada hukumnya juga loh, yaitu silogisme tidak boleh mengandung lebih dari 3 term (S, M, P), M tidak boleh masuk dalam kesimpulan karena M berfungsi mengadakan perbandingan dengan term-term, dan term S & P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya.

Kesesatan Pemikiran (Fallacia)
Fallacia adalah kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta tapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat. Kesalahan fakta: Presiden AS Barrack Obama lahir di Indonesia. Padahal Barrack Obama lahir di AS, tetapi masa kecilnya tinggal di Indonesia.

Klasifikasi fallacia, yaitu
1. Kesesatan formal
    Pelanggaran terhadap kaidah logika. Misalnya, semua penodong berwajah seram. Semua pengamen berwajah seram. Jadi, semua pengamen adalah penodong.
2. Kesesatan informal
    Menyakut kesesatan dalam bahasa seperti kesesatan diksi. seperti:
  • Penempatan kata depan yang keliru: Mereka yang lulus tes harus mendaftar ulang seharusnya menjadi Bagi mereka yang lulus tes ada keharusan untuk mendaftar ulang.
  • Mengacau posisi subjek atau predikat: Karena tidak mengerjakan PR, guru menghukum anak itu seharusnya menjadi Guru menghukum siswa yang tidak mengerjakan PR.
  • Ungkapan yang keliru: Pencuri kawakan itu berhasil diringkus polisi minggu lalu seharusnya menjadi Polisi berhasil meringkus penjahat kawakan itu pada minggu lalu.
  • Amfiboli: sesat karena struktur kalimat bercabang. Contohnya, Mina Anak Pak Broto yang hilang ingatan lari dari rumah menjadi Putri Pak Broto bernama Mina yang sedang hilang ingatan itu lari dari rumah.
  • Kesesatan aksen/prosodi: sesat karena penekanan yang salah dalam pembicaraan. Contohnya, Anda tidak boleh mengganggu isteri tetangga Anda. Nah, Pak Fadel bukan tetangga anda, maka anda boleh menggangu isterinya.
  • Kesesatan bentuk pembicaraan: sesat karena orang menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. Contohnya, Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri. Tidak semua 'ber' artinya memakai.
  • Kesesatan aksiden: yang aksidental dikacaukan dengan hal hakiki. Contohnya, Sawo matang adalah warna. Orang Indonesia itu sawo matang. Maka, orang Indonesia itu adalah warna.
  • Kesesatan karena alasan yang salah: konklusi ditarik dari premis yang tidak relevan.

Kesesatan Presumsi
  • Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
  • Non-sequitur: Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang lalu saya berdebat dengan dosen tersebut.
  • Analogi palsu: Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dengan membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
  • Penalaran melingkar: Manusia merdeka karena ia bertanggungjawab dan ia bertanggungjawab karena ia merdeka.
  • Deduksi cacat: Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti orang baik.
  • Pikiran simplistis: Karena Zaka tidak beragama, maka Zaka pasti tidak bermoral.
Menghindari Persoalan
  • Argumentum ad hominem: Jangan percaya omongannya karena ia bekas narapidana.
  • Argumentum ad populum: Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita.
  • Argumentum ad misericordiam: Seorang terdakwa meminta keringanan hukuman karena mengaku punya banyak tanggungan.
  • Argumentum ad baculum: Karena beda pendapat, suka meneror orang lain.
  • Argumentum ad auctoritatem: Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa.
  • Argumentum ad ignorantiam: Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.
  • Argumen untuk keuntungan seseorang: Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.
  • Non causa pro causa: Orang sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka dia menganggap itu sebagai penyebabnya.
Kesesatan Retoris
  • Eufisisme/disfemisme: Pembangkang yang dianggap benar disebut reformator. Bila tidak disenangai maka disebut anggota pemberontak.
  • Penjelasan restorik: dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan soal.
  • Stereotipe: Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.
  • Innuendo: Saya tidak mengatakan makanan itu tidak enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.
  • Loading question: Apakah Anda masih tetap merokok? Apakah Anda tetap masih memakai obat terlarang?
  • Weaseler: Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan.
  • Downplay: Jangan anggap serius omongannya karena dia hanya buruh bangunan.
  • Lelucon/sindiran: menyindir seseorang.
  • Hiperbola: berlebihan, membesar-besarkan.
  • Pengandaian bukti: studi menunjukkan.
  • Dilema semu: Tamu yang menolak kopi, langsung disuguhi sirup.
SUASANA MENGERJAKAN ARTIKEL BERSAMA ALETHEIA.

sumber: disarikan dari powerpoint pembelajaran materi KBK filsafat 2014.



Sunday, 21 September 2014

Logika

PERTEMUAN KE-4

ADA LAGI LOH.


Apa itu logika? Logika berasal dari bahasa Yunani, yaitu logikos berarti sesuatu yang diungkapkan/diutarakan lewat bahasa. Pertama sekali digunakan kata itu oleh Zeno dari Citium (334-262 SM). Jadi, logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, dan membahas asas-asas /aturan formal serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan untuk mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Secara singkat, logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Ilmu pengetahuan adalah kumpulan tentang pokok yang tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelaan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Logika juga merupakan suatu azas-azas yang menentukan pemikiran lurus, tepat, dan sehat. Logika bukanlah teori belaka, logika juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Inilah sebabnya logika disebut filsafat praktis.

Objek logika, yaitu objek material logika ialah manusia itu sendiri dan objek formal logika ialah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang tepat yang tampak melalui ungkapan pikiran melalui bahasa.

Manfaat belajar logika, yaitu:
1. Membantu setiap orang untuk berpikir kritis, rasional, metodis.
2. Kemampuan meningkatkan bernalar secara abstrak.
3. Mampu berdiri lebih tajam dan mandiri.
4. Menambah kecerdasan berpikir sehingga bisa menghindari kesesatan dan kekeliruan dalam menarik kesimpulan.

Sejarah Logika
Sebagai istilah logika pertama sekali digunakan oleh Zeno dengan aliran stoisismenya tapi filsut pertama yang menggunakan logika sebagai ilmu adalah Aristoteles. Prinsip logika tradisional dikembangkan Aristoteles tetap menjadi prinsip-prinsip logika modern. Istilah yang digunakan adalah analitika, meneliti berbagai argumentasi dari proposisi yang benar.

Macam-Macam Logika-->
  • Logika kodrati: suatu suasana saat akal budi bekerja menurut hukum logika secara spontan. 
  • Logika ilmiah: berusaha mempertajam akal budi manusia untuk dapat bekerja lebih teliti, atau tepat sehingga kesesatan dapat dihindari.
Logika Formal
Logika yang membicarakan tentang kebenaran bentuk. Sebuah argumen dinyatakan kebenaran bentuk, bila konklusinya kita tarik secara logis dari premis dengan mengabaikan isi yang terkandung dalam argumentasi tersebut. Yang harus diperhatikan ialah penyusunan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi premis. Kalau susunan premis tidak dapat dijadikan pangkal/dasar untuk menarik kesimpulan yang logis. 
Semua M adalah P.
Semua S adalah M.
Jadi, semua S adalah P.
Pola susunan bernalar itu disebut dengan penalaran. Penalaran dengan bentuk yang tepat disebut penalaran yang sahih (valid).

Logika Material/Isi
Logika yang membahas tentang kebenaran isi. Logika material disebut logika mayor. Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran isi apabila pernyataan-pernyataan yang membentuk argumen tersebut sesuai dengan kenyataan. Argumen ilmiah mementingkan struktur penalaran yang tepat sekaligus isi atau maknanya sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain, kebenaran suatu argumen dari segi bentuk dan isi adalah prasyarat mutlak.

Deduksi
Sebagaimana apa yang telah diungkapkan penalaran dibagi menjadi dua, yaitu deduktif dan induktif. Penalaran deduktif selalu diungkapkan dengan bentuk silogisme.Silogisme adalah suatu bentuk argumentasi yang bertitik tolak pada premis-premis untuk ditarik kesimpulan. Premis-premis tersebut yang tepat berisi semua bukti yang dibutuhkan untuk membuktikan kebenaran suatu kesimpulan. Artinya, jika premis-premis benar, maka kesimpulan juga harus benar. Benar salahnya suatu deduktif berdasarkan rujukan realitas yang memiliki khas tersendiri.

Ciri-ciri silogisme, yaitu
1. Semua pernyataan adalah proposisi kategoris.
2. Terdiri dari sebuah premis dan kesimpulan.
3. Dua premis dan sebuah kesimpulan secara bersama-sama memuat tiga kata yang berbeda dan masing-masing tampak di dalam dua dari tia proposisi.

Premis mayor: Setiap cendikiawan adalah kaum intelektual.
Premis minor: Psikolog adalah cendikiawan.
Konklusi: Jadi, Psikolog adalah kaum intelektual.
Argumentasi tersebut disebut silogisme berdasarkan dari 3 ciri. Dimana proposisi hubungan antar subyek dan predikat bersifat langsung, tanpa syarat. Silogisme terdiri dari 3 term yang berbeda serta masing-masing term muncul dalam dua dari tiga proposisi.




Induksi
Penalaran induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal untuk menarik kesimpulan yang umum tertentu. Dengan kata lain atas dasar fenomena, fakta, atau data tertentu dirumuskan dalam proposisi tunggal tertentu, ditarik kesimpulan yang dianggap sebagai benar dan berlaku umum. Premis hanya menetapkan bahwa kesimpulan berisi suatu kemungkinan, sebab premis hanya mengandung sebagian dari bukti atau data yang dibutuhkan kesimpulan. Karena itu informaasi atau data yang terdapat dalam premis kurang memadai bila dibandingkan dengan informasi yang dibutuhkan kesimpulan.

Ciri-ciri penalaran induktif
1. Premis-premis dalam penalaran induksi merupakan proposisi empiris yang berhubungan langsung dengan observasi indera.
2. Kesimpulan penalaran lebih luas daripada apa yang dinyatakan di dalam premis-premisnya.
3. Meskipun kesimpulan induksi itu tidak mengikat, akan tetapi manusia yang normal akan menerimanya, kecuali apabila ada alasan untuk menolaknya.

Generalisasi Induktif
Proses induksi dibedakan menjadi generalisasi induksi, analogi induksi, dan hubungan sebab akibat. Generalisasi induksi merupakan proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala atau sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua. Ada beberapa syarat generalisasi yang harus diperhatikan, yaitu generalisasi tidak terbatas secara numerik, generalisasi terbatas secara spasiotemporal (generalisasi tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu), dan generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.

Analogi Induktif
Analogi adalah bagaimana kita membandingkan dua hal yang berlainan dan dibandingkan persamaan dan perbedaan hal tersebut. Analogi dalam penalaran adalah analogi induktif artinya suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus lainnya yang memiliki sifat esensia yang sama.

Faktor Probabilitas 
Kebenaran kesimpulan dalam logika induktif, baik itu generalisasi maupun analogi induktif bersifat tidak pasti. Hal ini dikarenakan kebenarannya bersifat masih kemungkinan, artinya kebenaran kesimpulan induksi selalu terkait dengan tinggi rendahnya probabilitas. Probabilitas adalah keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.

Kesesatan Generalisasi/Analogi
Selain faktor-faktor obejktif sebagaimana yang telah diungkapkan, tinggi rendahnya probabilitas suatu penalaran juga dipengaruhi faktor-faktor subyektif. Faktor subyektif muncul dalam penalaran seseorang yang keberadaannya tidak disadari. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penalaran induktif, yaitu faktor tergesa-gesa, faktor ceroboh, dan faktor prasangka.

Hubungan Sebab Akibat
Prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa suatu peristiwa disebabkan oleh sesuatu. Hubungan sebab akibat sebenarnya merupakan suatu hubungan yang instrinsik atau hubungan yang asasi dalam pengertian hubungan yang sedemikian rupa sehingga apabila satu ada/tiada makan yang lain pasti ada/tiada. Terdapat pola dari hubungan sebab akibat, yaitu pola sebab ke akibat, pola akibat ke sebab, dan pola akibat ke akibat.

Induktif-Deduktif
Induksi dan deduksi selalu berdampingan, keduanya selalu bersama-sama dan saling memuat. Induksi tidak ada tanpa deduksi. Deduksi selalu dijiwai oleh induksi. Dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan, induksi biasanya mendahului deduksi. Sedangkan dalam logika, biasanya deduksi yang terutama dibicarakan lebih dahulu. Deduksi dipandang lebih penting untuk latihan dan perkembangan pikiran.


sumber: disarikan dari powerpoint materi pembelajaran KBK filsafat 2014.

Critical Thinking (Berpikir Kritis)

PERTEMUAN KE-4


EH ADA LAGI.



Berpikir kritis merasionalisasikan kehidupan manusia dan secara hati-hati mengamati proses berpikir sebagai dasar untuk memperbaiki kita tentang sesuatu. (Chaffee, 1990)

Berpikir kritis adalah pengamatan atas sesuatu asumsi dengan bukti terbaru dan mengevaluasi argumen dalam rangka menegakkan kesimpulan atas suatu perspektif baru. (Strader, 1992)

Karakteristik berpikir kritis, yaitu:
1. Rasional, Reasonable, Reflektif
    Berdasarkan alasan-alasan dan bukti-bukti, pemikir kritis tidak melompat pada kesimpulan. Contohnya Adinda, memutuskan untuk menjadi perawat setelah menonton film yang menunjukkan perawat sebagai seseorang yang menarik dan heroik. Namun, Valen berpikir kritis sehingga dia mencari informasi ke konselor tentang pekerjaan seorang perawat. Setelah memperoleh penimbangan fakta-fakta, Valem memutuskan sekolah keperawatan.
2. Melibatkan Skepticism yang Sehat dan Konstruktif
    Tidak menerima ide-ide kecuali mengerti hal tersebut dan juga menaati peraturan setelah berpikir panjang dan mencari pemahaman untuk memperbaiki yang tidak masuk akal.
3. Otonomi
    Tidak mudah dimanipulasi dan berpikir dengan pikiran sendiri, dibandingkan oleh arah aggota grupnya.
4. Kreatif
    Menciptakan ide-ide yang orisinal dengan cara menghubungkan pemikiran-pemikiran dan konsep.
5. Adil
    Tidak bias atau tidak berpihak pada apapun.
6. Dapat Dipercaya dan Dilakukan
    Memutuskan tindakan yang akan dilakukan, membuat observasi yang dapat dipercaya, menegakkan kesimpulan secara tepat, mengatasi masalah dan mengevaluasi kebijakan, tuntutan dan tindakan.

Pemikir kritis di psikologi akan mempraktekkan keterampilan kognitif dalam analisa, aplikasi standar, diskriminasi, pencarian informasi, pembuatan alasan logis, prediksi, dan transformasi pengetahuan.


Ada 5 model berpikir kritis: 
T = Total Recall
H = Habits
I = Inquiry
N = New Ideas and Creativity
K = Knowing How You Think

Total Recall (Pemanggilan Total)
Total recall ialah mengingat fakta suatu kejadian serta mengingat dimana dan bagaimana kita menemukannya ketika dibutuhkan. Setiap orang mempunyai cluster masing-masing berbeda, total recall seseorang tergantung pada memori/ingatannya.

Habits (Kebiasaan)
Pendekatan yang berpikir secara berulang-ulang dengan sering, sesuatu yang dilakukan tanpa berpikir. Seperti seseorang melakukan sesuatu tanpa harus mencari metode baru. Habits lain dimana pola berpikir tidak jelas ialah gerakan hati yang dulu dilihat sesuatu yang tidak scientific tetapi sekrang sangat diperhatikan.

Inquiry (Pencarian Informasi)
Memeriksa isu-isu secara mendalam dengan menanyakan hal-hal yang terlihat nyata, termasuk emnggali dan menanyakan segala sesuatu khususmya asumsi seseorang terhadap situasi tertentu. Cara berpikir primer yang dilakukan untuk menegakkan suatu kesimpulan.

New Ideas and Creativity (Ide-Ide Baru dan Kreatifitas)
Model ini membuat seseorang berpikir melebihi sumber, mencoba menjadi yang berbeda dari sekelompok orang-orang, berpikir melewati batas dan mencoba hal baru serta berbeda.

Knowing How You Think (Mengetahui Apa Yang Anda Pikirkan)
Berpikir tentang bagaimana seseorang berpikir. Metacognition ialah berada diantara proses mengetahui dan tahu bagaimana kita berpikir.


sumber: disarikan dari powerpoint materi pembelajaran KBK filsafat 2014.

Konfirmasi, Inferensi & Konstruksi Teori

PERTEMUAN KE-4


WAH ADA LAGI..


Konfirmasi
Secara etimologi, confirmation (bahasa inggris) adalah penegasan, memperkuat. Berhubung dengan filsafat ilmu, maka fungsinya adalah menegaskan dan memperkuat apa yang didapat dari kenyataan/fakta. Sifatnya lebih interpretatif dan memberi makna tentang sesuatu. Ada 2 aspek konfimasi kuantitatif dan kualitatif. Konfirmasi kuantitatif untuk membenarkan kebenaran, ilmu pengetahuan mengemukakan konfirmasi aspek kuantitatif, misalnya membuat penelitian dengan mengumpulkan sebanyak mungkin yang akhirnya membuat suatu kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan, konfirmasi kualitatif untuk menunjukkan kebenaran, mungkin karena konfirmasi kuantitatif tidak bisa dilaksanakan, maka harus menjalankan konfirmasi kualitatif misalnya dalam penelitian yang menjalankan model wawancara mendalam.

Ada 3 jenis konfirmasi, yaitu:
1. Decision Theory: kepastian berdasarkan keputusan.
2. Estimation Theory: menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar-salah melalui konsep probabilitas, misalnya statistik.
3. Reliability Theory: menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas fakta/evidensi yang berubah-ubah terhadap hipotesis.

Inferensi

Kata inferensi artinya penyimpulan yang diartikan sebagai proses membuat kesimpulan. Dengan demikian, inferensi dapat didefinisikan sebagai suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi. Inferensi bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru, penyimpulan bisa berupa "mengakui" atau "memungkiri" suatu kesatuan antara dua pernyataan.

Terdapat jenis inferensi, yakni cara deduktif dan induktif. Inferensi deduktif dibagi kedalam dua jenis, yaitu inferensi langsung dan inferensi tidak langsung (silogistik). Inferensi langsung ialah penarikan kesimpulan hanya dari sebuah data, bukti, atau dasar pemikiran yang menjamin terbentuknya kesimpulan (premis). Dengan demikian, kesimpulan adalah pernyataan yang dihasilkan sesuai dengan premis-premis yang tersedia dan berhubungan secara logis dengan pernyataan tersebut. Sedangkan, inferensi tidak langsung adalah penarikan kesimpulan dengan menggunakan dua premis. Konklusi tidaklah lebih umum daripada premis-premisnya. Proposisi yang menjadi premis-premis dalam suatu silogisme disebut antesendens, sedangkan proposisi yang menjadi konklusi disebut konsekuens. Predikat konklusi disebut term mayor dan subjek konklusi disebut term minor. 

Hukum inferensi, yaitu:
a. Kalau premis-premis benar, maka kesimpulan benar.
b. Kalau premis-premis salah, maka kesimpulan dapat salah, dapat kebetulan benar.
c. Bila kesimpulan salah, maka premis-premis juga salah.
d. Bila kesimpulan benar, maka premis-premisnya dapat benar, tetapi dapat juga salah.

Konstruksi Teori
Teori merupakan kerangka yang menjelaskan fenomena alami/sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi secara alamiah. Definisi menurut KBBI, teori ialah pendapat dikemukakan sebagai keterangan tentang suatu peristiwa.

Dua kutub arti teori, ialah kutub 1 (teori sebagai hukum eksperimental) misalnya hukum Mendel tentang keturunan yang bisa langsung diuji lewat observasi. Kemudian, kutub 2 merupakan teori sebagai hukum yang berkualitas normal seperti teori relativitasnya Einstein. Teori relativitas Einstein menunjukkan bahwa jika dua pengamat berada dalam kerangka acuan lamban dan bergerak dengan dengan kecepatan sama relatif terhadap pengamat lain, maka kedua pengamat tersebut tidak dapat melakukan percobaan untuk menentukan apakah mereka bergerak atau diam, seperti Anda tidak dapat mengatakan apakah kapal selam bergerak atau diam.

Bagaimana teori berkembang? Ada 3 periode, yaitu: fase percaya pada mitos (animisme), ilmu empiris (pengalaman, klasifikasi, penemuan hubungan, dan perkiraan kebenaran), dan ilmu teoritis (gelaja yang ditemukan ilmu empiris diterangkan dengan kerangka pemikiran). Kontruksi teori dibangun dengan abstraksi generalisasi, deduksi probabilistik, dan deduksi apriori (spekulatif).

Terdapat 3 model konstruksi teori, ialah:
a. Model Korespondensi
    Kebenaran sesuatu dibuktikan dengan menemukan relevansinya dengan yang lain.
b. Model Koherensi
    Sesuatu dipandang benar bila sesuai dengan moral tertentu. Model ini digunakan dalam pendekatan fenomenologis.
c. Model Paradigmatis
    Konsep kebenaran ditata menurut pola hubungan yang beragam, menyederhanakan yang kompleks.

Aliran dalan konstruksi teori, yaitu:
  • Reduksionisme: teori itu suatu pernyataan yang abstrak, tidak dapat diamati secara empiris, dan tidak dapat diuji langsung.
  • Instrumentalisme: teori adalah instrumen bagi pernyataan observasi agar terarah dan terkonstruksi
  • Realisme: teori dianggap benar bila real, secara substantif ada, bukan fiktif.
sumber: disarikan oleh powerpoint materi pembelajaran KBK filsafat 2014.

Subyektivisme dan Obyektivisme

PERTEMUAN KE-4


WAH TERNYATA ADA LAGI NIH.



Subyektivisme
Pengetahuan dipahami sebagai keyakinan yang dianut oleh individu. Pendukung pandangan ini adalah Aristoteles, Plato, Rene Descartes, Kaum Solipsisme, Kaum Realisme Epistemologis, dan Kaum Realisme Epistemologis.

Ciri-ciri pendekatan subyektivisme, yaitu:
- Menggagas pengetahuan sebagai suatu keadaan mental yang khusus, misalmya sejarah-sejarah dan kepercayaan lainnya.
- Pengalaman subyektif sebagai titik tolak pengetahuan dari data inderawi diri sendiri.
- Prinsip subyektif tentang alasan cukup karena pengalaman bersifat personal, benar secara pasti dan meyakinkan karena berlaku sebagai pengetahuan langsung dari diri subjek.

Descartes: "cogito ergo sum" artinya saya berpikir maka saya ada. Ketika Descartes berbicara mengenai berpikir, ia tidak bermaksud secara ekslusif pada penalaran saja, tetapi melihat, mendengar, merasa, masuk ke dalam berpikir juga.

Realisme Epistemologis berpendapat bahwa kesadaran menghubungkan saya dengan apa yang lain dari saya.

Idealisme Epistemologis berpendapat bahwa setiap tindakan mengetahui berakhir pada suatu ide, yang merupakan suatu peristiwa subjektif murni.

Banyak filsuf sesudah Descates mengatakan bahwa satu-satunya hal yang dapat kita ketahui dengan pasti adalah diri kita sendiri dan kegiatan sadar kita. Semua pengetahuan yang bukan aku atau diluar dari diri sendiri diragukan kebenarannya. Descartes menolak skeptisme yang justru membawa ke arah subyektivisme. Sikap dasar skeptisisme adalah kita tidak mengetahui apapun. Menurut penganut skeptisisme, mustahil manusia mencapai pengetahuan tentang sesuatu atau manusia tidak pernah merasa yakin apakah dirinya mencapai pengetahuan tertentu. Skeptisisme meragukan bahwa manusia mengetahui sesuatu karna tidak ada bukti yang cukup bahwa manusia benar-benar mengetahui sesuatu.


Descartes seorang rasionalis.Baginya rasio adalah satu-satunya sumber jaminan kebenaran pengetahuan. Descartes meragukan pengalaman inderawi dalam menjamin kebenaran pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang dunia luar kita. Menurut Descartes, Tuhan dapat saja secara langsung memunculkan data-data indera dalam kesadaran kita tanpa ada dunia luar yag mendasarinya. Descartes ke dalam posisi ekstrim yang disebut Solipsisme (ia sendiri pada dirinya). Keberadaan sesuatu diluar diri dalam pengealaman sehar-hari misalnya menjadi jelas dari gejala bahasa. Berkaitan dengan gejala bahasa bahwa melalui pengalaman sehari-hari terjadi dialog, yang mengandaikan adanya orang lain. Kita mengenal keberadaan di dunia luar diri dari pengalaman berhadapan dan berkomunikasi dengannya. Apabila peran subyektif dikatakan penting, maka paham ini masih diterima. Demikian juga paham nahwa semua pengetahuan selalu bersifat subyektif atau tidak memiliki kebenaran obyektif dalam paham epistemologi pasti ditolak.

Obyektivisme
Obyektivitas adalah suatau pandangan yang menekankan bahwa butir-butir pengetahuan manusia dari soal sederhana sampai teori yang kompleks mempunyai sifat dan ciri yang melampaui keyakinan dan kesadaran individu. Pengetahuan diperlakukan sebagai sesuatu yang berada diluar ketimbang didalam pikiran manusia. Pendukung pandangan ini adalah Popper, Latatos, dan Marx.




Obyektivisme merupakan pandangan bahwa obyek yang kita persepsikan melalui perantara indera kita itu ada dan bebas dari kesadaran manusia. 

Ada 3 pandangan obyektivisme:
1. Kebenaran itu independen terlepas dari pandangan subjektif.
2. Kebenaran itu datang dari bukti faktual.
3. Kebenaran hanya bisa disadari dari pengalaman inderawi.

Pengetahuan dalam pengertian obyektivis:
  • Sepenuhnya independen dari klaim seseorang untuk mengetahuinya.
  • Pengetahuan terlepas dari keyakinan seseorang untuk menyetujuinya dalam bertindak.
  • Pengetahuan tanpa orang atau pengetahuan tanpa subjek (Popper).
Obyek itu bersifat umum dalam arti bahwa obyek yang sama dapat dipersepsikan oleh pengamat yang jumlahnya tidak terbatas. Para filsuf Skolastik menganggap perlu untuk memperbaiki keyakinan harian kita, yaitu meletakkan kesalahan pada indera karena indera tidak pernah salah.

Untuk mempercayai kebenaran indera, beberapa syarat harus dipenuhi:
1. Obyek harus sesuai dengan indera kita. 
2. Organ dan indera harus normal dan sehat.
3. Karena obyek ditangkap oleh medium, maka medium itu harus ada.

Perbedaan obyek khusus dan obyek umum. Obyek khusus merupakan data yang ditangkap hanya oleh satu indera, misalnya bau, warna, suara. Sedangkan, obyek umum merupakan data yang ditangkap oleh lebih dari satu indera, misalnya keluasan yang dapat dilihat dan diraba oleh indera lainnya. Masalah persepsi tetap merupakan masalah yang paling besar yang tidak terpecahkan dalam keseluruhan epistemologi.

sumber: disarikan dari powerpoint materi pembelajaran KBK filsafat 2014.

Saturday, 20 September 2014

Epistemologi Dan Kebenaran

PERTEMUAN KE-3

HAI ADA LAGI NIH.



Apa itu epistemologi?
Epistemologi berasal dari kata Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu/pembicaraan/kata). Nah, epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter, dan jenis pengetahuan. Secara sederhana, epistemologi adalah teori tentang pengetahuan. Epistemologi juga adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis, normatif, dan evaluatif mengenai proses bagaimana pengetahuan diperoleh oleh manusia. Topik ini sering diperdebatkan dan dipermaasalahkan dalam bidang filsafat seperti tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya apa saja, serta hubungannya dengan keyakinan dan kebenaran. Epistemologi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandai-ngandaian, dasar-dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis, dan metode dialektis.

Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan, yaitu
a. Empirisme
   Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan bahwa akal manusia saat dilahirkan merupakan jenis catatan yang ksoong (tabula rasa), dan didalam catatan tersebut berisi pengalaman panca inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan cara memperbandingkan ide-ide yang didapat dari penginderaan serta refleksi yang pertama-tama dan sederhana tersebut. Beliau memandang akal sebagai jenis tempat penampungan yang menerima hasil-hasil penginderaan. Nah, berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya bisa dilacak kembali sampai pada pengalaman yang sudah lama. Apa yang dapat dilacak atau tidak perlu dilacak kembali demikian itu bukan pengetahuan mengenai hal-hal factual.

b. Rasionalisme
    Rasionalisme berpendirian bahwa sumber/induk pengetahuan berasal dari akal. Rasionalisme bukan mengingkari nialai pengalaman, melainkan pengalaman paling dipandang sebagai jenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme meyakini bahwa kebenaran dan kesesatan terletak didalam ide kita sendiri, bukan didalam barang sesuatu. Jika kebenaran mempunyai ide yang menujuk pada kenyataan, makan kebenaran hanya ada dipikiran kita dan hanya dapat diperoleh oleh akal budi saja.

c. Fenomenalisme
    Immanuel Kant, bapak fenomenalisme, membuat uraian tentang uraian tentang pengalaman. Sesuatu barang sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima ole akal budi kita dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis. Karena itu kita hanya mempunya pengetahuan tentang gejala (Phenomenon) sesuatu yang menampak kepada kita. Bagi Kant, para penganut empirisme benar meskipun benar hanya sebagian. Namun, para penganut empirisme juga benar karena akal melakukan atau memaksakan bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.

Sifat epistemologi, ialah secara kritis (mempertanyakan cara kerja, pendekatan, kesimpulan yang ditarik dalam kegiatan kognitif manusia), secara normatif (menentukan tolak ukur/norma penalaran tentang kebenaran pengetahuan), dan secara evaluatif (menilai apakah suatu keyakinan, pendapat suatu teori pengetahuan dipertanggungjawabkan dan dijamin kebenarannya secara akurat).

Dasar dan sumber pengetahuan, yaitu pengalaman manusia, ingatan (memory), penegasan tentang apa yang diobservasi (kesaksian), minat dan rasa tahu, pikiran dan penalaran, berpikir tepat dan logis (logika), ekspresi pemikiran manusia melalui ujaran/tulisan
(bahasa), dan kebutuhan hidup manusia (mendorong terciptanya iptek).

Struktur ilmu pengetahuan ada 2 kutub, yaitu kesadaran/subjek (S) berperan sebagai yang mengetahui/menyadari, dan objek (O) berperan sebagai yang diketahui/disadari. Hubungan S dan O menghasilkan pengetahuan.

Ada 5 teori kebenaran dalam ilmu pengetahuan, yaitu
1. Teori Kebenaran Korespondensi
    Kebenaran akan terjadi apabila subjek yakin bahwa objek sesuai dengan realitas/kenyataan. Sifat kebenarannya subjektif, contohnya Valen melihat balon berwarna biru dan balon itu memang berwarna biru.

2. Teori Kebenaran Koherensi
    Kebenaran akan terjadi apabila ada kesesuaian dari beberapa subjek terhadap objek. Sifat kebenarannya objektif, contohnya beberapa dokter merasa yakin bahwa penyakit pasien itu disebabkan oleh keracunan makanan.

3. Teori Kebenaran Pragmatik
    Kebenaran akan terjadi apabila sesuatu memiliki kegunaannya. Contohnya, AC berguna untuk mendinginkan suhu ruangan.

4. Teori Kebenaran Konsensus
    Kebenaran akan terjadi apabila ada kesepakatan yang disertai alasan tertentu. Contohnya, beberapa dokter yang menangani Bapak Presiden sepakat bahwa ia harus dioperasi secepatnya karena penyakitnya sudah parah.

5. Teori Kebenaran Semantik
    Kebenaran terjadi apabila orang mengetahui dengan tepat arti suatu kata. Contohnya, saya dapat memahami dengan benar dan tepat di Jurnal Akademika tentang kurikulum pengajaran.

Contoh perdebatan pendapat:

  • Pendapat saya tentang pilkada yang merupakan saya peroleh dari pengetahuan melalui akal, politik sedang memanas akannya pro-kontra pilkada langsung dan tidak langsung. Pilkada tidak langsung dan langsung mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dari segi pembiayaan, pilkada tidak langsung lebih praktis dan hemat. Selain itu, mekanisme pilkada melalui DPRD memang lebih efisien tetapi pada akhirnya kesejahteraan rakyat masuk menjadi moral bangsa menjadi taruhannya, sebab pemimpin yang terpilih cukup bermodalkan uang, walaupun tidak berkualitas, tidak bermoral, dan tidak dikenal rakyat sehingga meningkatkan terjadinya korupsi. Sebaliknya, pilkada langsung memang membutuhkan biaya lebih besar namun aturan mainnya dapat ditekankan dan meminimalisasikan kecurangan. Pilkada langsung pun bersifat terbuka sehingga semua rakyat mengetahui dan dipilih langsung oleh rakyat karena pemerintahan didasari untuk rakyat.
  • Pendapat saya tentang pergaulan bebas seksual pada masa kini, pergaulan bebas seksual itu sudah melewati batas-batas norma dan aturan adat istiadat. Mungkin pergaulan bebas dalam hal seksual tidak merugikan orang lain dan menjadi hak bagi dirinya sendiri tetapi menurut saya, pergaulan bebas dalam hal seksual memiliki banyak kerugian. Bagi saya sebagai perempuan, hal itu menjatuhkan harga diri sebagai perempuan. Hal itu juga membuat diri seseorang menjadi ketergangguan psikologis, seperti menjadi stres dan merasa dirinya sudah tidak berharga karena sebagai perempuan kita harus dimuliakan apalagi 'pacaran' pasti tidak ada ikatan secara aturan sehingga bisa saja hamil di luar nikah. Hamil di luar nikah akan menghambat segalanya dan menimbulkan permasalahan yang akan mengganggu kehidupan kita sehingga mempunyai pikiran untuk aborsi yang akan menimbulkan kematian. Seks bebas juga menimbulkan banyak penyakit, terutama seseorang yang berganti-ganti pasangan dalam melakukan seks bebas. Jadi, lebih baik kita bergaul tapi mengetahui batas-batas norma yang ada.

Definisi Kebenaran
Dalam kehidupan sehari=hari kita sering mendengar ungkapan "Saya rela mati untuk membela kebenaran," pernyataan tersebut menyiratkan bahwa kebenaran itu sangatlah penting bagi kita. Tetapi apakah sebenarnya kebenaran itu? Untuk menilai sifat dari suatu proposisi atau makna/isi pernyataan digunakan istilah benar-salah. Pengetahuan bisa dinilai benar atau salah karena pengetahuan pada dasarnya merupakan gabungan dan perpaduan dari sistim pernyataan. Konsep tidak bisa dinilai benar atau salah, konsep hanya bisa dinilai jelas dan memadai atau tidak memadai. Persepsi tidak dapat disebut benar atau salah, yang bisa disebut benar atau salah adalah isi pernyataan tentang apa yang dipersepsikannya dan yang bisa benar atau salah hanya orang yang mempersepsikannya. Jadi, kebenaran sebagai sifat pengetahuan disebut kebenaran epistemologis. 

Secara umum, kebenaran biasanya dimengerti sebagai kesesuaian antara apa yang dipikirkan atau dinyatakan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Dengan demikian, kenyataan menjadi suatu ukuran penentu penilaian karena suatu pengetahuan disebut benar apabila sesuai dengan kenyataan. Menurut Plato, kebenaran (aletheia) berarti ketaktersembunyian adanya atau ketersingkapan adanya bahwa selama kita terikat pada yang ada dan tidak masuk pada adanya dari yang ada, kita belum berjumpa dengan kebenaran karena adanya itu masih tersembunyi. Kebenaran dalam konsep Plato dimengerti sebagai letak pada objek yang diketahui.





Kebenaran sebagai ketidaktersembunyian adanya itu tidak dapat dicapai manusia selama hidupnya di dunia ini. Berbeda dengan Plato, Aristoteles dalam memahami kebenaran lebih memusatkan pada kualitas penyataan yang dibuat oleh subjek penahu ketika dirinya menegaskan suatu putusan entah secara afirmatif atau negatif. Ada tidaknya kebenaran dalam putusan yang bersangkutan bersifat afirmatif (S itu P) atau negatif (S itu bukan P) tergantung pada putusan yang bersangkutan sebagai pengetahuan dalam diri subjek itu sesuai atau tidak dengan kenyataan. Menurut kaum Positivisme Logis bahwa kebenaran dibedakan menjadi dua, yaitu kebenaran faktual dan kebenaran nalar. 

Kebenaran faktual adalah kebenaran tentang ada tidaknya secara faktual di dunia nyata sebagaimana dialami manusia, misalnya bumi itu bulat sebagai pernyataan yang memiliki kebenaran faktual. pada prinsipnya harus bisa dijui kebenarannya berdasarkan pengamatan inderawi. 

Kebenaran nalar adalah kebenaran yang bersifat tautologis (pengulangan gagasan) dan tidak menambah pengetahuan baru mengenai dunia, tetapi dapat menjadi sarana yang berdaya guna untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang dunia ini. Kebenaran nalar sebagai kebenaran yang terdapat dalam logika dan matematika, seperti 1 + 1 = 2. Kebenaran nalar berbeda dengan kebenaran faktual yang bersifat nisbi (hanya terlihat ketika dibandingkan dengan yang lain, tidak mutlak dan reltif) dan belum pati (mentak). Sedangkan, kebenaran nalar bersifat mutlak dan tidak niscaya (tentu).

Selain kedua jenis kebenaran yang diungkapkan kaum Positivis Logis, menurut Thomas Aquinas, kebenaran menjadi dua yakni kebenaran Ontologis (Veritas Ontologica) merupakan kebenaran yang terdapat dalam kenyataan, entah spiritual atau material, yang meskipun ada kemungkinan untuk diketahui, misalnya kebenaran tentang adanya segala sesuatu sesuai hakikatnya, kebenaran tentang adanya Tuhan dan keabdian jiwa. Dan kebenaran Logis (Veritas Logica) sebagai kebenaran yang terdapat dalam akal budi manusia si penahu, dalam bentuk adanya kesesuaian antara akal budi dengan kenyataan.

Kedudukan kebenaran pengetahuan dalam pandangan Platonis lebih diletakkan dalam objek atau kenyataan yang diketahui. Sedangkan, Aristotelian dalam subjek yang mengetahui. Kedudukan kebenaran dalam tradisi Aristotelian lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kaum Eksistensial menyatakan bahwa kebenaran (eksistensial) merupakan apa yang secara pribadi berharga bagi subjek konkrit yang bersangkutan dan pantas untuk dipegang teguh dengan penuh kesetiaan. Jika kebenaran ilmiah bersifat esternal terhadap subjek, maka kebenaran eksistensial bersifat internal terhadap subjek. Dalam arti si subjek secara langsung terlibat dalam perkara yang dinilai atau dipertaruhkan. Bagi manusia sebagai mahluk yang terbatas, kebenaran sebagai ketersingkapnya kenyataan sebagaimana adanya dan itu ternyata tidak dapat disaksikan secara sekaligus dan menyeluruh.

Kesahihan dan Kekeliruan
Kekeliruan perlu dibedakan dengan kesahihan. Pada umumnya kekeliruan berarti menerima sebagai benar apa yang dinyatakan salah atau menyangkal apa yang senyatanya benar. Kekeliruan adalah segala sesuatu yang menyangkut tindakan kognitif subjek penahu, sedangkan kesalahan adalah hasil dari tindakan tersebut. Kekeliruan muncul akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukti yang tepat, menganggap bukti sudah mencukupi padahal belum atau sebaliknya menganggap bukti belum cukup padahal sudah. Kekeliruan dapat dikarenakan gegabah dalam menegaskan putusan tentang suatu perkara.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekeliruan, misalnya sikap terburu-buru dan kurang erhatian dalam suatu keseluruhan proses kegiatan mengetahui, dan sikap takut salah yang keterlaluan atau sebaliknya sikap terlalu gegabah dalam melangkah. Hal-hal tersebut disebabkan oleh kerancuan akibat emosi, frustasi, perasaan yang entah menganggu konsentrasi terbuka terhadap bukti-bukti yang tersedia. adapun oleh prasangka dan bias-bias, baik individu maupun sosial serta keliru dalam penalaran atau tidak mematuhi aturan-aturan logia.

sumber: disarikan dari powerpoint materi pembelajaran KBK filsafat 2014.