- Secara Etimologi
Ex = keluar, sistentia (sistere) = berdirimanusia bereksistensi adalah manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya. - Menurut Kirkegaard dan Sartre
Aliran yang pokok utamanya adalah manusia dan cara beradanya yang khas di tengah makhluk lainnya
Ciri - ciri Eksistensialisme
- Motif pokok adalah eksistensi, cara manusia berada. hanya manusia bereksistensi
- Bereksistensi harus diartikan secara dinamis, bereksistensi berarti menciptakan diri secara aktif, berbuat, menjadi dan merencanakan.
- Manusia dipandang terbuka, belum selesai. Manusia terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesamanya.
- Memberi penekanan pada pengalaman konkrit.
Terdapat dua tokoh, yaitu:
1. Soren Aabye Kierkegaard Lahir di Kopenhagen, Denmark 15 Mei 1813. Belajar teologi di Universitas Kopenhagen, tapi tidak sampai selesai. Saat 3 saudaranya, ayah dan ibunya meninggal, Sempat menjauh dari temannya dan agama, sempat bertunangan dengan Regina Olsen (tapi tidak jadi menikah). Pada tahun 1849, ia kembali ke agamanya (Kristen).Ia meninggal pada tahun 1855 dianggap sebagai tokoh di gerejanya.
2. Jean Paul Sartre Lahir di paris,1905.
- Tahun 1929 menjadi guru.
- Tahun 1931 - 1936 menjadi dosen filsafat di Le Havre.
- Tahun 1941 menjadi tawaran perang.
- Tahun 1942 -1944 menjadi dosen Loycee Pasteur.
Pokok - Pokok ajaran Kierkegaard
- Kritik terhadap Hegel: Kirkegaard memandang Hegel sebagai pemikir besar, tapi satu hal satu hal yang dilupakan Hegel - menurut Kirkegaard - adalah eksistensi manusia individual dan konkrit.
- Manusia adalah konkrit, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan. Manusia itu Eksistensi.
- Eksistensi berarti bagi Kirkegaard: Merealisis diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
- Hanya manusia bereksistensi, karna dunia, binatang dan sesuatu yang lainnya hanya ada. juga Tuhan 'ada'
3 cara bereksistensi
- Sikap Estetis
Merengguh sebanyak mungkin kenikmataan, yang dikuasai oleh perasaan. - Sikap Etis
Sikap menerima kaidah - kaidah moral. suara hati dan memberi arah pada hidupna. - Sikap Religius
Berhadapan dengan Tuhan.
Pemikiran Filsafat menurut Sartre
- Bagi sartre, manusia mngada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri. Keberadaan manusia berbeda dengan keberadaan benda lain yang tidak punya kesadaran.
- Untuk sartre manusia eksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya. Bagi manusia eksistensi mendahului esensinya.
- Asas pertama untuk memahami manusia harus mendekatinya sebagai subjektivitas.
- Tanggung jawab yang menjadi beban kita jauh lebih besar dari sekedar tanggung jawab terhadap diri kita sendiri.
- Dibedakan "berada dalam diri" dan "berada untuk diri"
- Berada dalam diri: berada dalam dirinya, berada itu sendiri. misalnya: meja itu meja, bukan kursi, bukan tempat tidur.
- Berada untuk diri: berada yang dengan sadar akan dirinya,yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dengan keberadaannya. Bertanggung jawab atas fakta bahwa ia ada. Misalnya: Manusia bertanggung jawab bahwa ia pegawai, dosen.
- Biasanya kesadaran kita bukan kesadaran akan diri, melainkan kesadaran diri.
- Baru kalau kita secara refleksif menginsyafi cara kita mengarahkan diri pada objek, kesadaran kita diberi benuk kesadaran akan diri.
- Tuhan tidak bisa dimintai tanggung jawab. Tuhan tidak terlibat dalam putusan yang diambil oleh manusia.
- Tanpa kebebasan eksistensi manusia menjadi absurd. bila kebebasan ditiadakan, maka manusia hanya sekedar esensi belaka.
Hal - hal yang mengurangi kebebasan manusia menurut Sartre
- Tempat kita berada
Situasi yang memberi struktur pada kita. - Masa lalu
Tidak mungkin meniadakannya karena masa lampau menjadikan kita sebagaimana kita sekarang ini. - Lingkungan sekitar (Umwelt)
- Kenyataan
adanya sesama manusia dengan eksistensinya sendiri. - Maut
Tidak bisa ditunggu saat tibanya, walau pasti akan tiba.
Kebutuhan Manusia
- Dalam eksistensinya manusia
Kehadiran selalu menjelma sebagai wujud yang bertubuh. Tubuh mengukuhkan kehadiran manusia. - Tubuh sebagai pusat orientasi
Tidak bisa dipandang sebagai alat sementara, tapi mengukuhkan kehadiran kita sebagai eksistensi.
Komunikasi dan Cinta
- Komunikasi
Suatu hal yang apriori tak mungkin tanpa adanya sengketa, karena setiap kali orang menemui orang lain pada akhirnya akan terjadi saling objektifikasi, yang seorang seolah olah membekukan orang lain. Terjadi saling pembekukan sehingga masing - masing jadi objek. - Cinta
Bentuk hubungan keinginan saling memiliki objek cinta. Akhirnya cinta bersifat sengketa karena ibjektifikasi yang tak terhindarkan.
sumber: disarikan dari materi powerpoint pembelajaran filsafat 2014.
0 comments:
Post a Comment